Awalnya aku manusia sejati
Seperti umumnya aku terkekang selalu dalam hidupku
rumahku sangkarku,
kantor tempat cawan makananku,
kamar bejana minumku,
Bos, Orangtua, guru, orang yang mengaku tua,
dan mereka yang lebih dari aku, memeliharaku.
Kuakui aku jenuh! Kini aku jauh lebih jenuh!
Aku terperangah melihat langit, melihat parkit
diatas bangku sempit di halaman tetangga yang seperti umumnya juga pelit.
Aku ingin seperti parkit, aku ingin seperti burung!
bebas, menukik, melayang, mengambang
terbang lepas, kuambil makan dijalan lalu terbang lagi
tak ada hukum darat, Aparat, bahkan keparat.
Kuputuskan aku harus punya SAYAP, satu pasang
Lama ku melanglangkasa. Aku jadi dahaga
Ingin cari air diri rasanya.
Kusinggah ditelaga untuk nyeruput airmya.
Sedikit saja, tapi wah segar sekali sampai ke ujung kaki. Lagi dan lagi
Aku minum lagi sampai timbul hasrat untuk mandi.
Kubenam tubuh satu dua kali, Lalu enam, tujuh kali lagi
Entah mengapa aku mau tenggelam di sini.
Semenit untuk mataku sudah cukup terpana
melihat tuna renang-renang tertawa. Asyiknya!
Ingin aku ikut serta dalam bahagianya.
Lalu kuputuskan lagi bagi diriku harus punya SIRIP, punya INSANG
Tambah Senang bukan kepalang
Meliak liuk sana sini, aku berlomba dengan kura-kura
yang sudah tentu aku pemenangnya,
Ia ditakdirkan untuk pelan bagaimanapun cepatnya.
walau sudah telak pula aku kalah cepat dengan lumba-lumba
inspirasi kecepatan manusia mengarung samudra.
Dengan buaya pun aku akrab sekali, walau senyum di sela gigi seolah menanti
kapan aku bisa mati. Miris, Tapi jauh lebih sopan, dan lebih bisa menghormati
Paling tidak aku santapan penyambung kehidupan,
bukan mainan atau kesenangan,
bukan pula pengorbanan demi kejayaan hampa di muka bumi
Tapi tunggu, sepertinya tubuhku kaku, lelah mungkin.
Bagaimana tidak seharian ini aku disibukkan oleh kegiatan hebat!
Jadi, perut dan "cacing penjilat" setianya minta jatah kenyang juga, Lapar rasanya
Tapi kemalasanku entah kenapa bermain juga kini.
Mungkin si cacing tadi tak bertenaga lagi,
jadi bukannya sedikit membantu berusaha,
bisanya cuma nadah minta hasilnya.
Kutangkap satu sosok lebat penuh bulu,
Makan, tidur, makan lalu tidur, terjaga, makan tidur lagi, lalu mengaum
auman yang keras, satu kali saja keluar bagai titah.
Upeti melimpah, dan kalau mau bisa saja menindas bahkan
memangsa sekitarnya, atau yang dijumpainya
Wah, inilah Sang Raja yang sepertinya "Memanjakan" untuk kurasakan.
Dan kuputuskan lagi, untuk menumbuhkan
BULU-BULU, TARING, dan CAKAR itu.
Kemalasan membuat berat kedua mata.
Di bawah pohon rindang di atas rerumputan
yang bagiku hangat tak sehangat kasur empuk merek ternama
berbahan bulu angsa atau sebagainya aku tertidur pulas.
Pulas seribu kali. Dan aku Singa tak takut diganggui.
Lebih pulas dari mimpi. Sampai...
Sampai - sampai....
Kusadari aku sudah dalam lemari. Lemari dengan terali-terali besi.
Oh tuhan, Aku telah ditawan dalam ketidaksadaran
tubuhku dirantai agar tak berlarian
aku dibawa dan dihadapkan di depan ramai kerumunan.
Kerumunan yang kukenal seperti diriku dulu. Lama tak kujumpa kini
Oh tidak?!, Mengapa pikiranku seperti ini.
Aku seperti jauh dari mereka,
Rasa-rasa bentuk yang tak biasa. Semua jauh berbeda.
Mereka Menertawakanku, sebagian bingung, jijik, ngeri,
sebagian bibirnya cuma keluh, sisanya mengolok-olokku
Perlahan kusadari....
Mahluk seperti apa sekarang aku ini?
Aku sudah menjadi SPECIES yang berbeda dengan mereka
Aku adalah SPECIES di luar MANUSIA, ANINSANIAN
Entah aku berada di rantai makanan tingkat mana,
atau tergolong ord/filum apa?
Aku memang punya segalanya, mendekati maha sempurna
materi paling sempurna, Sang Pencipta dalam senyum
hampir merasa tersaingi. Tapi Ia maha bijak, tak sekali Ia murka.
Hanya saja ini yang membuatku menyesali, sangat menyesali kini.
Perlahan Kusadari....
Bahwa " aku bukan lagi manusia !"
Ingin aku seperti dulu, Dengan semua kekuranganku. Berat tapi indah,
karena kucamkan benar sekarang, itulah manusiawinya.
" Bahagia itu bukanlah mendapatkan apa yang kita ingini,
Tapi kebahagiaan yang sejati itu adalah mensyukuri dan menikmati apa yang saat ini kita miliki "
" Bahagia adalah anugerah, meski kadangkala anugerah kita yang mewujudkannya. Tapi berhati-hatilah pada setiap anugerah yang tidak disyukuri, karena akan menjadi sebuah bencana "
Apakah anda tertarik kepada post blog saya?
AN INSANIAN ( aku bukan manusia lagi )
Posted by Aldo Daty
19.35, under |
0
komentar
0 Responses So Far: